Modernis.co, Malang – Gerakan berkain dan berkebaya kian marak pada saat ini dikalangan anak muda terutama di daerah kota-kota besar yang memiliki minat fashion cukup tinggi. Budaya barat cukup banyak mengikis identitas orang Indonesia termasuk dalam tata cara berpakaian.
Bahkan sampai saat ini, brand-brand terkenal dan sering diagungkan oleh orang Indonesia masih dimenangkan oleh brand-brand barat. Oleh karenanya, semarak inovasi gerakan berkain merupakan salah satu gerakan baik yang harus didukung.
Salah satu content creator fendifashionblog pernah membandingkan style fashion beberapa negara yang memiliki ciri khas, seperti style fashion orang-orang Korea Selatan dan Prancis. Kemudian pertanyaan content creator tersebut di salah satu videonya adalah “Seperti apakah style fashion khas Indonesia?”. Maka fashion-fashion yang dipadukan dengan kain batik dan atasan kebaya yang dimodifikasi lebih sederhana dan modern ini bisa menjadi jawaban.
Biasanya kita bisa menemukan perempuan-perempuan berkebaya dan berkain di acara-acara formal seperti resepsi, acara pertunangan, dan acara-acara adat, terutama adat jawa. Namun saat ini, kita bisa melihat perempuan berkain dan berkebaya di kehidupan sehari-hari. Contohnya ketika, berkuliah, bekerja, dan bahkan sedang bermain skate juga bisa menggunakan kain dan kebaya. Sungguh menyenangkan melihat anak muda begitu antusias pada identitas berpakaian khas negaranya sendiri.
Gerakan berkain ini sudah memiliki wadah bernama Remaja Nusantara atau Wastra yang lahir dari pemikiran dan ide dari Direktur dan Pengarah Seni Swara Gembira, Rifan Rahman dan Oi. Indonesia dianggap sangat perlu mempopulerkan budayanya melalui gerakan ini sebagaimana yang dilakukan oleh India dalam film Bollywoodnya, Korea Selatan dengan drama kolosalnya yang cukup digemari pula. Indonesia perlu belajar mempopulerkan seni budayanya baik itu untuk warga negaranya dan dunia.
Jika diamati pula, bermain padu-padan dengan kain cukup simple namun hasilnya akan tetap terlihat anggun dan elegan. Kain bisa di match dengan kebaya seperti seharusnya. Tapi inovasi anak muda saat ini adalah dengan memadukan kain batik dengan kaos polos untuk mendapatkan kesan santai. Ada pula yang cukup menggunakan satu warna senada dan melingkarkan sabuk kain batik di pinggang. Ini akan membuat warna yang membosankan dan monoton menjadi unik karena sentuhan kain tersebut.
Jika ingin lebih tampil mewah dan mahal, anak-anak muda juga menampilkan kain dengan beberapa brand barat yang terkenal. Memadukan kain dengan sneakers, memadukan kain dengan gaya yang kebarat-baratan juga kerap kali ditemui. Pada intinya tetap ada sentuhan kain dalam Style Fashion mereka. Ini menjadikan kain terlihat mewah, modern, dan mudah dipadupadankan. Kesan tua dan kuno bahkan jauh dari pandangan mata. Eye catching!
Globalisasi tak harus dengan negara-negara barat yang mempengaruhi negara-negara berkembang. Gerakan berkain dan kembali berkebaya sama halnya dengan melestarikan budaya dan identitas Indonesia. Gerakan ini bisa memotivasi negara-negara berkembang lainnya untuk turut mengembalikan identitas cara berpakaian mereka, atau bahkan meng-global-kan style fashion, designer, dan kain-kain batik Indonesia.
Pada prosesnya, gerakan ini juga akan dipermudah dengan kemajuan teknologi. Pada era ini, kita sangat tau betapa besarnya pengaruh pemasaran di sebuah aplikasi beernama Tik-Tok. Apapun yang ramai diperbincangkan di Tik-Tok akan mempengaruhi masyarakat luas dengan cepat pula. Di sinilah tempat dimana gerakan berkain memiliki kesempatan. Anak muda yang ikut melakukan gerakan berkain ini haruslah lebih aktif dan kreatif untuk mengajak anak muda lainnya.
Jika kita melihat beberapa video anak-anak muda yang terlibat dalam gerakan berkain ini, kita akan menemukan keunikan dari tekhnik pengambilan video dan pengaturan suasana dalam video. Biasanya, sebagaimana penggunaan kain batik yang berasal dari jawa, pengaturan suasana dalam video akan diatur dengan warna yang hangat, dengan sentuhan-sentuhan ornament jawa, seperti kursi, cangkir, bahkan hingga arsitektur bangunan yang terkadang menjadi background video.
Teknik pengambilan video yang dilakukan oleh anak muda ini sangat berbeda dan tak kalah saing dengan teknik pengambilan video akun-akun yang mempromosikan budaya negara asing di aplikasi Tik-Tok. Seperti Cina yang melakukan promosi budayanya sedari pakaian adat, pelestarian makanan ringan jaman dahulu, dll. Hal ini juga sangat cepat menjadi bahan perbincangan bahkan di negara kita. Oleh karenanya, kita berharap kecepatan teknologi ini juga bisa sesegera mungkin mengenalkan kain pada dunia.
Indonesia merupakan negara unik bahkan kain juga sangatlah unik dan spesial. Oleh karenanya perlu kita jaga dan kita tegaskan bahwa itu milik kita. Berkain adalah fashion berkelas saat ini, kita sebagai anak muda yang dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman harus mendukung gerakan ini sebagai bagian baik dari era kita. Sebagai anak muda dan masyarakat yang mencintai budaya nenek moyang kita, dengan gerakan sederhana dan berharap kan membawa revolusi budaya Oleh Indonesia.
Oleh : Ratu Ihza Maulidah Naisatul Fatah Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.